Selasa, 14 November 2017

BUDIDAYA KEDELAI

Penulis : Ikirahmansyah, S.ST, M.M
Penyuluh Pertanian BPPP Kecamatan Brang Rea

Pemanfaatan lahan sawah beririgasi teknis sampai saat ini masih belum optimal, sebagian masih memiliki pola tanam padi padi bera, dengan demikian indeks perta-naman masih dibawah 300. Sebagian terdapat yang memanfaatkannya dengan pola tanam padi padi padi. Pola tanam yang demikian sangat membahayakan bagi per-kembangan hama dan penyakit tanaman, karena tidak terputusnya siklus hidup OPT padi. Oleh sebab itu sangat dianjurkan pada lahan sawah beririgasi teknis meng-gunakan pula tanam padi padi palawija atau sayuran da-taran rendah. Salah satu tanaman palawija yang dianjurkan adalah kedelai, sehingga pola tanamnya menjadi padi padi kedelai.

Varietas dan Benih Kedelai

Varietas kedelai yang dianjurkan untuk lahan bekas tanaman padi adalah varietas yang berumur genjah (kurang dari 80 hari) dan berumur sedang (81 89 hari). Tiga belas varietas yang dianjurkan, yaitu : Lokon, Guntur, Tidar, Wilis, Kerinci, Merbabu, Raung, Rinjani, Lompo-batang, Lawu, Tengger, Dieng dan Jayawijaya. Sedangkan varietas local yang dianjurkan antara lain : Gajah, Slawi, TK-5, Loka Brebes dan Lumajang Brewok.
Hal yang perlu diperhatikan secara khusus untuk mendapatkan benih bermutu tinggi adalah sortasi dan penyimpanan benih. Biji terpilih adalah yang sehat, utuh/ bernas dan memiliki daya tumbuh tinggi. Syarat-syarat benih bermutu, yaitu:
a. Murni dan diketahui nama varietasnya.
b. Berdaya kecambah tinggi, yaitu 80 % atau lebih.
c. Memiliki vigor yang baik : tumbuh cepat dan serempak, kecambahnya sehat.
d. Bersih, tidak tercampur dengan biji rumput, kotoran dan biji tanaman lainnya.
e. Sehat, tidak menularkan penyakit, serta tidak terinfeksi cendawan yang menyebabkan busuk.
f. Bernas, tidak keriput dan utuh serta kering.
Keperluan benih per hektarberkisar antara 30 - 50 kg, tergantung pada :
a. Jarak tanam yang digunakan.
b. Ukuran biji ( berat 100 biji)
c. Daya tumbuh benih.

Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk budidaya kedelai sangat penting, karena pada dasarnya pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan factor faktor tumbuh bagi akar tanaman tersedia dalam kondisi yang optimum, tanah yang diolah kandungan oksigen tanahnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanah yang tidak diolah. Oksigen dan kelembaban tanah merupakan faktor pembatas yang menetukan baik tidaknya pertumbuhan akar.
Tujuan pengolahan tanah adalah supaya tanah menjadi lebih gembur, memecah bongkahan-bongkahan tanah, perataan tanah, pembenaman sisa-sisa tanaman  dan pemberantasan rumput. Jenis dan cara pengolahan tanah sangat tergantung dari jenis lahan.

Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan alat tugal, lubang dibuat sedalam 3-4 cm. jarak tanam tergantung dari kesuburan tanah, dan ketersedian air maupun varietas yang ditanam. Dapat menggunakan ukuran 20 x 40 cm, 25 x25 cm, 30 x 15 cm atau 30 x 30 cm.

Cara Penanaman
Cara penanaman kedelai ada dua cara, dengan cara ditebar dan dengan cara ditugalkan. Penanaman dengan cara ditebarkan akan memperoleh tumbuhan yang tumbuh tidak merata, bibit yang dibutuhkan lebih banyak, namun waktu dan tenaga yang digunakan lebih sedikit. Penanaman dengan cara ditugal memerlukan 3 orang, 1 orang untuk membuat lubang, 1 orang memasukan benih, dan 1 orang lagi memasukan pupuk dasar dan menutup lubang..Apabila penanaman dilakukan pada lahan yang tidak pernah ditanami kedelai, maka benih dicampur dengan bakteri rhizobium. Atau dengan cara Inokulum sendiri dengan Cara :
a.       Ambil tanah bekas pertanaman kedelai.
b.      Keringkan dan tumbuk sampai halus.
c.       Benih kedelai yang akan ditanam dibasahi dulu.
d.      Campurkan tanah halus tersebut dengan benih yang sudah dibasahi, dengan takaran 1 kg tanah untuk 10 kg benih, aduk sampai merata.

Penanaman Kedelai Dengan Sistem Tugal

Pemupukan
Waktu dan cara pemupukan, pupuk diberikan tiga kali, yaitu :
a. Pupuk dasar : diberikan pada saat tugal, dengan cara ditugalkan disamping tugalan biji, dengan dosis sepertiga dari total dosis.
b. Pupuk susulan I : umur 25 hari setelah tanam, dosis sepertiganya dengan cara dienclo disamping tanaman.
c. Pupuk susulan II : umur 40 - 45 hari setelah tanam, dosis sepertiganya dengan cara dienclo disamping tanaman.
Apabila air tersedia pada musim kemarau, tanaman kedelai perlu diairi, dengan cara membendung saluran drainase antar bedengan hingga air menggenangi bedengan, kemudian dibuka lagi. Drainase penting, sebab tanaman kedelai tidak tahan terhadap genangan air. Penggenangan dapat dilakukan tiap minggu, atau 5 kali pada umur 0, 14, 28, 42 dan 56 hari setelah tugal, atau 3 kali pada umur 0, 14 dan 28 hari setelah tugal.

Penyulaman dan Penyiangan
Penyulaman dilakukan seminggu setelah benih ditanam, hal ini dilakukan untuk mengganti apabila ada tanaman yang mati.  Kegiatan penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Sedangkan penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman berbunga. Penyiangan dilakukan untuk untuk membersihkan gulma dan penggemburan tanah dapat dilakukan pada saat penyiangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit 
Hama tanaman kedelai umumnya banyak menye-rang bagian batang tanaman muda, daun dan polong. Ham utama tanaman kedelai setelah padi gadu yaitu tikus, ulat grayak dan hama penggerek polong.
a.       Pengendalian hama tanaman yang masih muda.
Hama yang biasa menyerang yaitu lalat kacang atau lalat bibit. Lalat bibit meletakan telurnya pada keeping biji atau daun muda, menetas dan menggerak batang. Penggunaan insektisida Larvin pada benih dapat menekan serangan hama ini, dengan dosis 20 gram/kg benih.
b.      Pengendalian hama daun.
Hama daun terdiri dari berbagai jenis ulat, terutama ulat grayak, aphis dan lalat putih. Pengamatan intensif disertai pencegahan dini sangat diperlukan. Apabila tidak bisa diatasi dengan pencegahan, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan Atabron 50 EC, Matador 25 EC, Bayrusil 250 EC dengan dosis 2 cc/liter air.
c.       Pengendalian hama polong.
Hama polong terdiri dari penggerek polong dan pengisap polong. Pengendaliannya secara preventif dilakukan penyemprotan insektisida pada satu minggu setelah berbunga, dan diulang setiap dua minggu jika terdapat serangan, penyemprotan dihentikan dua minggu sebelum dipanen. Insektisida yang dapat digunakan yaitu : Trebon50 EC, Tamaron 200 LC dan Lannate dengan dosis 2 cc/liter air.
d.      Pengendalian hama tikus
-  Sebelum tanam kedelai, yaitu menjelang panen padi, adakan gerakan pengendalian tikus secara intensif dengan cara gropyokan dan emposan.
-  Lingkungan sekitar tanaman harus bersih, untuk meng- hindari tikus bersarang.
-   Adakan pengemposan dan pengumpanan tikus terus menerus selama pertanaman kedelai.
e.       Pengendalian penyakit
Untuk pengendalian penyakit karat daun dan sclerotium, dapat digunakan fungsidida, seperti Dithane M-45 dengan dosisi 2 gram / liter air. Sedangkan penyakit-penyakit tanaman kedelai yang disebabkan oleh bakteri dan virus masih sulit pengendaliannya, oleh sebab itu sebaiknya dilakukan iradikasi (tanaman yang terserang dicabut dan dibakar) atau memberantas serangga yang merupakan penularnya (vektor).

Panen dan Pascapanen

Ciri tanaman kedelai yang siap dipanen yaitu daun dan polong menguning. Panen dilakukan denga cara membabad pangkal batang diatas permukaan tanah dengan sabit atau alat khusu lainnya. Berangkasan dijemur sampai kering, setelah kering dipukul-pukul dengan alat pemukul, sampai biji terpisah dari berangkasannya. Kemudian biji dibersihkan (ditampi), selanjutnya dijemur sampai kering betul (kadar air mencapai sekitar 10 - 12 %). Penjemuran harus menggunakan alas, agar kebersihan biji dapat terjamin. Pada umumnya biji (ose) kedelai untuk konsumsi setelah kering disimpan (dikemas) dalam karung, yang terbaik adalah karung goni.




Selasa, 07 November 2017

BIOLOGI DAN EKOLOGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI

Penulis : Ikirahmansyah, S.ST, M.M
Penyuluh Pertanian BPPP Kecamatan Brang Rea

Hama penggerek batang padi merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi. Berdasarkan hasil monitoring tim proteksi tanaman balai besar tanaman padi, berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek batang padi menempati peringkat pertama yaitu seluas 112950 ha. Peringkat ke-2 adalah hama tikus seluas 103786 ha dan peringkat ke-3 adalah hama wereng coklat seluas 28421 ha (Dirjentan, 2007). Pada tahun 2010, luas serangan penggerek batang padi di Jawa Barat menurun menempati peringkat ke-2 setelah wereng coklat yaitu seluas 35433 ha (BBPOPT, 2010). Namun pada tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 hama penggerek batang padi kembali menempati peringkat pertama terutama di Jawa Barat.

Dalam 5 tahun terakhir serangan hama penggerek batang di NTB mencapai areal rata-rata 1.700 ha setahun. Peningkatan luas serangan dari tahun ke tahun sangat didukung oleh kebiasaan petani yang bertanam padi sepanjang tahun tanpa pergiliran dengan tanaman non padi, waktu tanam yang tidak serempak dan kebiasaan menyemai benih disekitar persawahan yang tanggul jeraminya belum dibersihkan. Oleh karena upaya terhadap pengendalian terhadap penggerek batang padi terus gencar dilakukan. selain itu juga perlu pemahaman petani tentang cara hidup atau biologi dan ekologi hama penggerek batang padi, agar dapat dilakukan pencegahan dini terhadap perkembangan hama penggerek batang padi. Berikut dijelaskan tentang Biologi dan Ekologi hama penggerek batang padi.

Di Indonesia telah di temukan 6 jenis penggerek batang padi yang terdiri dari penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas (Walker), penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata (Walker), penggerek batang padi bergaris Chilo suppressalis (Walker), penggerek batang padi kepala hitam Chilo polychrysus Meyrick, penggerek batang padi berkilat Chilo auricilius Dudgeon (kelima spesies tersebut termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae), dan penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens (Walker) (spesies ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Noctuidae). Dari enam spesies tersebut hanya empat spesies yang banyak ditemukan sebagai hama utama padi yaitu penggerek batang padi kuning, penggerek batang padi putih, penggerek batang padi bergaris, dan penggerek batang padi merah jambu. Penggerek batang padi kepala hitam dan penggerek batang padi berkilat jarang ditemukan karena populasinya rendah.

1. Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas (Walker)
  • Ngengat atau imago
Spesies ini ditandakan dengan sayap ngengat yang berwarna kuning dengan titik hitam pada sayap depan (Gambar 3A). Panjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mm, dapat hidup antara 5-10 hari. Siklus hidup 39-58 hari, tergantung pada lingkungan dan makanan. Jangkauan terbang dapat mencapai 6-10 km.
  • Telur
Ngengat meletakkan telur secara berkelompok dan diletakkan pada daun bagian ujung. Jumlah telur 50-150 butir/kelompok. Kelompok telur ditutupi rambut halus berwarna coklat kekuningan (Gambar 3B) yang diletakkan antara pukul 19.00-22.00 selama 3-5 malam sejak malam pertama. Keperidian 100-600 butir tiap betina. Stadium telur 6-7 hari.
  • Larva
Larva berwarna putih kekuningan sampai kehijauan, dengan panjang maksimum 25 mm. Larva terdiri dari 5-7 instar, lama stadium larva 28-35 hari. Karena larva bersifat kanibal sehingga hanya ada seekor larva yang hidup dalam satu tunas. Larva yang menetas keluar melalui 2-3 lubang yang dibuat pada bagian bawah telur menembus permukaan daun. Larva yang baru muncul (instar 1) biasanya menuju bagian ujung daun dan menggantung dengan benang halus atau membuat tabung kecil, terayun oleh angin dan jatuh kebagian tanaman lain atau permukaan air. Larva kemudian bergerak ke tanaman melalui celah antara pelepah dan batang. Selama hidupnya larva dapat berpindah dari satu tunas ke tunas lainnya. Larva instar
akhir menuju pangkal batang untuk berubah menjadi pupa. Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar pada pangkal batang dekat permukaan air atau tanah, yang ditutupi membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago.
  • Pupa
Pupa berwarna kekuning-kuningan atau agak putih, dengan kokon berupa selaput benang berwarna putih. Panjang 12-15 mm (Gambar 1 C) dan stadium pupa 6-23 hari. Pupa berada di dalam pangkal batang (Gambar 1D).
                 A                         B                          C                                 D
Gambar 1. Stadia Penggerek Batang Kuning

Gambar 1. Stadia penggerek batang padi kuning S. incertulas: (A)Ngengat atau imago, (B)Telur, (C)Larva, (D)Pupa.

2. Penggerek Batang Padi Putih Scirpophaga innotata (Walker)
  • Ngengat atau Imago
Sayap ngengat berwarna putih dengan ukuran betina 13 mm dan jantan 11 mm (Gambar 2A).
  • Telur
Telur diletakkan berkelompok pada permukaan atas daun atau pelepah. Bentuk kelompok telur sama dengan kelompok telur penggerek batang padi kuning. Kelompok telur di tutupi rambut halus berwarna coklat kekuning-kuningan (Gambar 2B). Satu kelompok telur terdiri dari 170-260 butir dan lama stadium telur 4-9 hari.
  • Larva
Bentuk larva mirip larva penggerek batang padi kuning dengan panjang maksimal 21 mm dan berwarna putih kekuningan (Gambar 2C). Stadium larva 19-31 hari kecuali untuk larva yang berdiapause. Pada akhir musim kemarau, larva instar akhir tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami diapause dalam pangkal batang atau tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas. Lamanya diapause tergantung pada lamanya musim kemarau. Setelah turun hujan dan tanah lembab, larva yang berdiapause akan menjadi pupa.
  • Pupa
Lama stadium pupa 6-12 hari. Pupa yang berasal dari larva yang berdiapause akan menjadi ngengat secara bersamaan atau serentak. Dengan demikian generasi penggerek batang padi putih pada awal musim hujan seragam (Gambar 2D).


               A                         B                         C                                     D
 Gambar 2. Stadia Penggerek Batang Putih.

3. Penggerek Batang Padi Bergaris Chilo suppressalis (Walker)
  • Ngengat atau imago
Ngengat bisa hidup sampai satu minggu dan aktif mulai senja. Kepala ngengat berwarna coklat muda dan warna sayap depan coklat tua dengan venasi sayap yang jelas (Gambar 3A). Panjang ngengat 13 mm.
  • Telur
Seekor betina bisa bertelur 100-550 butir dalam kelompok, yang terdiri dari 60-70 telur/kelompok selama 3-5 malam. Telur diletakkan pada pangkal daun atau kadang-kadang pada pelepah. Telur berwarna putih dan tidak dtutupi rambut dengan lama stadium telur 4-7 hari (Gambar 3B).
  • Larva
Setelah menetas larva masuk kedalam pelepah daun dan kemudian masuk kedalam batang. Larva berwarna abu-abu, kepala berwarna coklat dengan garis coklat sejajar tubuhnya (Gambar 3C). Panjang maksimal 26 mm. Stadium larva 33 hari. Beberapa ekor larva bisa hidup pada satu buku dari satu tunas. Perubahan kepadatan populasi penggerek batang padi bergaris tergantung
pada temperatur dan ketersediaan makanan. Satu siklus hidup bisa mencapai enam gererasi/tahun.
  • Pupa

Larva instar akhir berpupa di dalam batang. Warna pupa coklat tua (Gambar 3D) dengan stadium pupa 6 hari .
                A                                      B                         C                          D

Gambar 3. Stadia penggerek batang padi bergaris C. suppressalis: (A)ngengat atau imago; (B)kelompok telur; (C)larva; (D)pupa.


4. Penggerek Batang Padi Merah Jambu Sesamia inferens (Walker)

  • Ngengat atau imago
Ngengat berwarna coklat, sayap depan bergaris coklat tua memanjang dan sayap belakang putih (Gambar 4A). Panjang ngengat 4-17 mm. Kurang tertarik cahaya.
  • Telur
Telur diletakkan diantara pelepah daun batang padi mirip manik-manik dalam 2 –3 baris per kelompok (Gambar 4B). Kelompok telur tidak tertutup sisik. Satu kelompok bisa terdiri dari 30-100 butir dengan masa stadium telur 6 hari.
  • Larva
Larva berwarna merah jambu (Gambar 4C) dengan panjang maksimal 35 mm. Stadium larva 28-56 hari. Beberapa ekor larva bisa hidup pada satu buku dari satu tunas.
Pupa
Pupa berwarna coklat tua dengan panjang 18 mm (Gambar 4D). Pupa terdapat dalam pelepah atau dalam batang dan stadium pupa 8-11 hari. Total siklus hidup 46-83 hari.

                 A                           B                             C                                D

Gambar 4. Stadia penggerek batang padi merah jambu S.inferens: (A)ngengat atau imago; (B)kelompok telur; (C)larva; (D)pupa


Sumber Rujukan : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi- Balitbangtan Kementan
  

PENYAKIT BLAST PADA PADI DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

Penulis :
Ikirahmansyah, S.ST, M.M
Penyuluh Pertanian BPPP Kecamatan Brang Rea

Pendahuluan

Penyakit Blas disebabkan oleh jamur Pyricularia  grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi. Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi,  P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne). Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit  blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso.


 Gambar I. Serangan Penyakit Blas Leher  

Biologi dan Ekologi Penyakit Blas

Jamur P. grisea mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat.  Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan  ke udara. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 OC. Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan permeabilitas  dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi. 


Gambar 2. Gejala penyakit Blas Daun (a) dan Gejala Penyakit Blas Leher (b)

Teknologi Pengendalian Penyakit Blas

1. Pengendalian Melalui Teknik Budidaya
à Penanaman benih sehat, Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat  lebih efektif bila dilakukan sedini mungkin.  Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih
à Perendaman benih, Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida).

Cara tanam, Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan à berselang (intermiten).
à Pemupukan, pupuk nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit blas. Artinya pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi.

2. Penanaman Varietas Tahan
   Penggunaan varietas tahan harus disesuaikan dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blas diantaranyas adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8. Upaya lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan varietas tahan adalah dengan tidak menanam padi secara monogenik (1 atau 2 varietas) secara luas dan terus menerus.

3. Aplikasi Fungisida
  Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.  Hasil  percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20% efektif menekan perkembangan jamur P. grisea. Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.


Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas

1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah setempat.
2. Gunakan benih sehat. 
3. Hidarkan penggunaan pupuk nitrogen diatas dosis anjuran. 
4. Hindarkan tanam padi dengan varietas yang sama terus menerus sepanjang tahun. 
5. Sanitasi lingkungan harus intensif karena inang alternatif patogen dapat berupa rerumputan. 
6. Hindari tanam padi terlambat dari tanaman petani di sekitarnya.  
7. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 30 hari setelah sebar.  
8. Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya 2 kali pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blas daun dan blas leher terutama di daerah endemik.  
9. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).  
10. Pemakaian kompos sebagai sumber bahan organik.

Sumber Rujukan : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi - Balitbangtan Kementan